Welcome to Terrik's Site

This is all bout terrik.....!!!!

Sunday, 13 February 2011

PROBLEMATIKA PENCARI KERJA

Pada dasarnya manusia ingin mempunyai pekerjaan yang mampu menopang hidupnya baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya, tetapi manusia hanya bisa berusaha dan berdoa agar mendapatkan pekerjaan yang layak

Usaha yang dilakukan oleh manusia bisa diwujudkan dengan mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dia tempuh, apakah itu pendidikan dengan ijasah SMP, SMU, Perguruan Tinggi Strata 1 bahkan dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi dengan melanjutkan pendidikan Strata 2. Sedangkan yang tidak ada keinginan mencari pekerjaan dengan pendidikan mereka tetap bisa berusaha bekerja dengan memanfaatkan apa yang diwarisi oleh seseorang kepadanya baik dari orang tuanya, atau orang yang baik hati.


Jika dibayangkan memang indah dan menyenangkan bila mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan yang dimiliki, tetapi bisa kita lihat begitu banyak orang yang mempunyai pendidikan tinggi tetapi tidak mempunyai pekerjaan, Banyak perusahaan baik itu BUMN maaupun Swasta yang beroperasi dinegara kita,tetapi jumlah pengangguran terus meningkat, kasus pengangguran tidak bisa kita selesaikan sampai saat sekarang ini.

SYARAT BEKERJA

Banyak faktor yang membuat angka tersebut terus meningkat, dan kita tidak tahu siapa yang bisa disalahkan, apakah individu pencari kerja tersebut mempunyai kemampuan yang diharapkan, atau perusahaan tersebut hanya mencari karyawan yang sebenarnya telah dipersiapkan bagi orang terdekatnya dalam artian Nepotisme. Dan yang lebih hebatnya bagi pencari kerja yang baru menyelesaikan pendidikannya tidak mampu mencukupi persyaratan yang diajukan oleh perusahaan yang membuka lowongan, hal ini disebabkan oleh perusahaan tersebut selalu mencantumkan dibutuhkan orang yang telah berpengalaman dibidangnya minimal 1 tahun

Dengan logika kita bisa berpikir mana mungkin seseorang yang baru saja menyelesaikan pendidikannya mempunyai pengalaman bekerja, apalagi orang tua di Indonesia sangat mengharapkan anaknya mempunyai prestasi akademik yang bisa mereka banggakan, memang tidak bisa kita pungkiri itulah harapan orang tua apakah mereka berprofesi pencuri, tukang judi, bahkan Presiden, yang penting anaknya jika telah menempuh pendidikan mereka ingin anaknya menjadi yang terbaik.

Dengan paham tersebut mereka tidak ingin anaknya bekerja meskipun kehidupan sehari-hari aja “Dapat Pagi Habis Petang”,”Yang penting kamu sekolah jangan pernah memikirkan dari mana Saya dapat uang untuk menyekolahkan kamu” itulah yang sering kita dengar nasehat orang tua kepada anaknya, konsekuensi yang dipikul oleh anak yang tidak ingin mengecewakan orang tuanya.dan anakpun berpikir betul apa yang dikatakan mereka jika mereka bekerja takutnya tidak konsentrasi dan nilai akademiknya akan turun.
Dan permasalahan timbul ketika sang anak menyelesaikan pendidikan, ternyata perusahaan mempunyai kriteria yang tidak pernah terpikirkan oleh kita, dengan syarat minimal 1 tahun pengalaman kerja atau lebih mana mungkin pencari kerja akan dapat pekerjaan, untuk dipanggil untuk mengikuti seleksi saja tidak memenuhi syarat apalagi untuk bekerja.

OTONOMI DAERAH

Satu hal yang sangat fenomenal di negara yang kita cintai ini adalah piciknya pikiran orang tentang Aplikasi dari Otonomi Daerah yang mana sangat menghambat kreativitas seseorang yang ingin mencari sesuap nasib didaerah perantauan, karena dalih Otonomi Daerah, pemerintah setempat dengan gampangnya membuat aturan bahwa yang akan mencari kerja didaerah mereka harus berdomisili didaerah tersebut dalam artian harus memiliki tanda pengenal (KTP) daerah mereka tinggal, kita bisa berpikir tujuan awalnya baik untuk meminimalisir masyarakat yang tidak berrtanggung jawab masuk kedaerah tersebut, tetapi apa yang terjadi? Kita bisa menemui bahwa masyarakat bisa memiliki kartu tanda penduduk lebih dari satu, dan akibatnya penipuan begitu banyak terjadi karena mereka mempunyai KTP lebih

Pengertian otonomi daerah yang bisa kita tarik adalah pemerintah setempat membuat aturan yang tidak terikat lagi dengan pemerintah, satu hal yang lebih bobroknya aplikasi dari otonomi daerah ini dalam hal pekerjaan adalah, tidak diberinya kesempatan kepada masyarakat luar untuk mencari pekerjaan dengan membuat judul mengutamakan PUTERA DAERAH

Pengertian Putera Daerah masih membuat penulis masih rancu, karena belum ada aturan baku dari pengertian PUTERA DAERAH, penulis telah mencoba menyimpulkan maksud dari putera daerah yaitu “Seseorang yang lahir dan besar didaerah ditempat orang tersebut dilahirkan dan telah memiliki keluarga besar yang telah bertahun-tahun menetap didaerah tersebut”, tetapi setelah dipikirkan kembali sangat kerdil orang yang punya kesamaan arti dengan pengertian yang penulis utarakan.

Penulis mengambil contoh kasus jika seseorang berasal dari suku A telah beranak pinak didaerah B tetapi tidak ada hubungan dengan Suku B tersebut, tidak bolehkah keturunannya disebut putera daerah dari daerah B, karena diderah tersebut dia telah memanfaatkan segala sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Sangat tidak adil jika kita tidak memasukkan keturunan Suku A tadi kedalam kategori Putera Daerah karena mereka turut serta dalam mengembangkan daerah tersebut, dan kasus diatas hampir 95 % terjadi di Indonesia, pertanyaan yang timbul jika tetap mempertahankan Tradisi Putera Daerah adalah Siapa Sebenarnya Nenek Moyang Indonesia ini, berasal dari mana mereka, kenapa warna kulit bangsa ini beraneka ragam, mengapa bahasa tiap daerah dinegara ini beraneka ragam. Masih banyak pertanyaan yang akan timbul dan pada akhirnya hanya kehancuran yang akan menghentikan pertanyan bodoh tersebut!

Satu kasus terjadi didaerah Indonesia ini adalah masyarakat setempat mempunyai program menyekolahkan anak-anak mereka kedaerah lain setelah selesai menuntut ilmu didaerah tersebut, mereka pulang dan mengabdi ke daerahnya, ini tidak sesuai dengan tujuan murni dari Pendidikan yang dicita-citakan oleh pendahulu kita. Setiap individu yang sedang atau telah menamatkan terlebih dahulu harus mengabdi didaerah mereka menuntut ilmu dan mengaplikasikan kepada masyarakat.

Kita bisa lihat suatu daerah khususnya dibidang Pendidikan begitu banyaknya mahasiswa luar daerah yang menuntut ilmu didaerah tersebut, sehingga menimbulkan persaingan yang cukup sehat antara sesama penuntut ilmu untuk menjadi yang terbaik. Tetapi apa yang terjadi setelah itu, mantan mahasiswa tersebut mencari kerja didaerah asal mereka, karena mereka mempunyai keuntungan dari aplikasi PUTERA DAERAH, dan merekapun tahu daerah tersebut bukanlah lahan untuk mencari kerja karena sedikitnya dunia industri, masyarakat luar saja tahu apalagi penduduk daerah tersebut, dan oleh sebab itu masyarakatnya pun mencari kerja didaerah luar, tetapi apa yang terjadi karena lagi-lagi PUTERA DAERAH mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan.

Jika Pemerintah Daerah tersebut jeli melihat itu dan mempunyai unsur kedaerahan yang kental dan tidak memikirkan masa depan orang lain mungkin tidak akan pernah menerima lagi mahasiswa atau pelajar yang bukan dari daerah lain dan hancurlah pendidikan di Indonesia ini karena mereka berpikir ini tidak adil, sudahlah, habiskanlah prinsip kedaerahan tersebut yang pada intinya akan membuat Indonesia ini hancur, kita bisa melihat negara lain yang tidak membeda-bedakan daerah asal.
Kita harus berpikir realitis apa betul PUTERA DAERAH bisa menjamin bahwa mereka bisa mengembangkan daerah mereka dengan tanpa pertolongan orang lain, pada akhirnya saya mengharapkan bukan waktunya lagi kita mengangkat kasus-kasus PUTERA DAERAH, negeri ini bukan hanya punya kita pribadi yang kita bangun sendiri tanpa bantuan orang lain. Mari kita bangun negeri ini tanpa membeda-bedakan Suku, Agama, Ras, mari tatap masa depan dengan senyum.

Dari : TERRIK
11 Feb 2005
PEMERHATI MASALAH SOSIAL
(0812-67-71663)

1 comment: