Diterbitkan Media Cetak Haluan Kepri 25 Mei 2012
Penulis
sengaja mengangkat judul seperti yang tertulis di atas. Soalnya,
berdasarkan penilaian dan pengamatan penulis, saat ini banyak guru di
tingkat dasar kurang paham bahkan ada yang tidak mengerti menggunakan
alat teknologi informasi. Internet, misalnya. Kalaupun mereka gunakan,
hanya sebatas untuk hal umum seperti chatting dan media sosial seperti
facebook atau twitter.
Kini, dunia pendidikan Indonesia tidak hanya butuh tenaga pendidik yang sekedar bisa menyampaikan isi buku panduan ke murid, namun lebih dari itu. Guru juga dituntut untuk dapat menyampaikan wawasan yang dapat membuka cakrawala pengetahuan anak didik. Tujuannya agar materi yang disampaikan bisa mudah dimengerti dan mampu bersaing dengan dunia luar.
Tetapi yang menjadi pertanyaan, bagaimana wawasan yang berkembang itu bisa dimiliki dan dikuasai oleh guru, sementara sang guru tidak bisa menggunakan alat teknologi komunikasi secara maksimal?
Berdasarkan analisa penulis, ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi itu, pertama, jiwa pendidik yang dinilai tidak murni untuk menjadi “Pahlawan tanpa Tanda Jasa”. Sebagian masih mengejar materi untuk kepentingan pribadi dengan cara lebih mementingkan mendapatkan Sertifikasi, sehingga tugas yang bagaimana anak didiknya menjadi pintar dan berkarakter terabaikan. Ini bisa dibuktikan dengan ketidakpercayaan orang tua yang masih berpikir apa yang didapatkan di sekolah tidak cukup, sehingga diperlukan pelajaran tambahan ke tempat kursus yang pada saat ini makin menjamur berkembang. Dan tempat kursus tersebut masih patut kita pertanyakan, apakah kursus ini lebih memprioritaskan mutu atau jumlah murid yang banyak?
Penulis mencoba membandingkan apa yang terjadi di masa penulis menjadi anak didik dulu. Saat itu guru tidak mendapat penghargaan secara materi oleh masyarakat dan pemerintah. Mereka dihargai dengan gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Kehidupan kaum pendidik itu pun bisa disebut jauh dari kaya atau sejahtera. Naumn hingga kini, penulis masih merasakan bagaimana semangat mendidik yang mereka lakukan. Semua itu tidak lebih dari rasa tanggungjawab untuk mencetak anak bangsa menjadi berguna di keluarga, masyarakat dan Negara dan demi masa depan anak didik itu sendiri.
Kita juga tahu, kala itu informasi yang didapatkan tidak secanggih sekarang. Literatur yang mereka gunakan masih menggunakan buku-buku pelajaran, ditambah informasi dari radio, TV, dan media cetak. Tetapi kenapa zaman sekarang, kualitas tenaga pendidik tidak maju dari guru zaman dulu? Apakah literatur yang didapatkan tidak cukup banyak? Apakah ada faktor lainnya?
Tiga penyebab terakhir yang penulis paparkan tersebut mudah-mudahan tidak dominan yang menyebabkan kualitas guru sekarang berkurang, tetapi ini lebih ke satu pertanyaan awal diatas yakni dikaitkan dengan kenyataan yang ada sesuai dengan perkembangan dunia Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK)
Zaman sekarang, tidak menjadi alasan bagi Guru untuk berkeluh kesah dengan kurangnya literatur atau buku panduan yang diperoleh, karena semuanya telah terjawab dengan menjamur website-website atau blog-blog di dunia maya yang berisikan segala informasi yang kita butuhkan sebagai pendidik.
Sangat disayangkan media internet ini tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasanya tidak zamannya lagi tenaga pendidik tidak mengerti menggunakan apa yang disebut internet apalagi penggunaan komputer. Sekaang zaman teknologi, yang mana semua orang tidak terkecuali harus membuka mata dan mengerti dengan perkembangan seperti saat sekarang.
Janganlah terkukung dalam pikiran bahwa dunia internet atau teknologi informasi hanya dikuasai oleh orang yang mempunyai latar pendidikan komputer. Dan jangan juga berpikiran bahwa "Saya ini sudah tua. Zaman saya tidak ada internet atau komputer" yang mengakibatkan pemikiran seperti ini yang membuat transfer ilmu terhambat.
Didunia maya saat ini banyak informasi yang disediakan bagi pendidik untuk mengembangkan wawasan. Lewat materi-materi itu, Guru bisa menerangkan materi yang disampaikan bisa lebih detail dan tidak ada yang meragukan untuk murid, dengan mengetikan kata kunci yang kita cari di mesin pencari situs. Semua alamat website yang ada dunia maya akan bermunculan, tinggal kita melakukan memilih alamat mana yang kita kunjungi, jika merasa kurang dengan satu alamat tersebut, kita bisa membuka alamat lain, sehingga apa yang dicari bisa kita dapatkan dengan membaca atau mendownload kemudian menyampaikan dengan gamblang kepada murid-murid
Apalagi anak murid khususnya tingkat pertama dan tingkat atas telah sangat mengerti dengan kegunaan dari internet,kemungkinan pertanyaan yang mereka ajukan dikelas dikarenakan membaca dari internet, sehingga kita sebagai pendidik dengan hukumnya wajib harus siap menjawab dengan benar tanpa ada keraguan, sehingga kapabilitas seorang guru tidak dipertanyakan oleh sang murid atau orang tua
Manfaat lain dari penggunaan internet bagi pendidik adalah memberikan bahan tambahan soal yang tidak ada dalam literature yang mereka miliki, dengan mendownload secara gratis apa yang dibutuhkan.
Dalam kasus pemberian tambahan soal ke murid selain dari buku panduan yang ada, penulis merasakan seharusnya ini yang dilakukan oleh guru terutama guru daerah. Melalui internet kita bisa mendapatkan kualitas soal yang tujuannya adalah membuktikan kemampuan anak murid dengan berbagai jenis tipe soal yang diberikan. Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru menerangkan materi yang telah diberikan dengan pemberian soal yang tidak ada sebelum nya dalam buku literature.
Begitu banyak manfaat positif yang dirasakan jika optimalisasi penggunaan internet ini ditingkatkan, baik oleh murid, guru, dan sekolah. Murid bakal tidak perlu lagi membeli buku-buku yang diwajibkan sekolah. Dan ini pasti berakibat penghematan dan keringanan bagi orang tua murid. Cukup dengan melihat atau mencari di internet semua informasi bisa didapatkan dan tidak lagi diperlukan tambahan kursus atau les bagi si anak.
Bagi guru dan sekolah juga bermanfaat untuk peningkatan mutu, sehingga tidak lagi terpaku pada buku-buku yang ada dimiliki. Ujian Nasional yang ditakuti bisa diperkecil karena bank soal yang dimiliki bisa diambil dari soal-soal dari sekolah daerah lain jadi alasan karena sekolah berada didaerah terpencil sulit mendapatkan contoh soal berkualitas telah terjawab dengan tersendirinya di internet. Dengan perbanyak bank soal, murid-murid telah terbiasa mengerjakan soal yang tingkat kesulitannya yang tinggi jadi tidak ada lagi kecanggungan menghadapi soal-soal sulit.
Indonesia bukan tertinggal dalam dunia pendidikan.Ini telah dibuktikan dengan banyaknya anak bangsa telah memenangi olimpiade pendidikan tingkat internasional. Semua itu tergantung dari tenaga pendidik bagaimana mengasah kemampuan anak murid dengan memberikan wawasan pengetahuan. ***
Kini, dunia pendidikan Indonesia tidak hanya butuh tenaga pendidik yang sekedar bisa menyampaikan isi buku panduan ke murid, namun lebih dari itu. Guru juga dituntut untuk dapat menyampaikan wawasan yang dapat membuka cakrawala pengetahuan anak didik. Tujuannya agar materi yang disampaikan bisa mudah dimengerti dan mampu bersaing dengan dunia luar.
Tetapi yang menjadi pertanyaan, bagaimana wawasan yang berkembang itu bisa dimiliki dan dikuasai oleh guru, sementara sang guru tidak bisa menggunakan alat teknologi komunikasi secara maksimal?
Berdasarkan analisa penulis, ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi itu, pertama, jiwa pendidik yang dinilai tidak murni untuk menjadi “Pahlawan tanpa Tanda Jasa”. Sebagian masih mengejar materi untuk kepentingan pribadi dengan cara lebih mementingkan mendapatkan Sertifikasi, sehingga tugas yang bagaimana anak didiknya menjadi pintar dan berkarakter terabaikan. Ini bisa dibuktikan dengan ketidakpercayaan orang tua yang masih berpikir apa yang didapatkan di sekolah tidak cukup, sehingga diperlukan pelajaran tambahan ke tempat kursus yang pada saat ini makin menjamur berkembang. Dan tempat kursus tersebut masih patut kita pertanyakan, apakah kursus ini lebih memprioritaskan mutu atau jumlah murid yang banyak?
Penulis mencoba membandingkan apa yang terjadi di masa penulis menjadi anak didik dulu. Saat itu guru tidak mendapat penghargaan secara materi oleh masyarakat dan pemerintah. Mereka dihargai dengan gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Kehidupan kaum pendidik itu pun bisa disebut jauh dari kaya atau sejahtera. Naumn hingga kini, penulis masih merasakan bagaimana semangat mendidik yang mereka lakukan. Semua itu tidak lebih dari rasa tanggungjawab untuk mencetak anak bangsa menjadi berguna di keluarga, masyarakat dan Negara dan demi masa depan anak didik itu sendiri.
Kita juga tahu, kala itu informasi yang didapatkan tidak secanggih sekarang. Literatur yang mereka gunakan masih menggunakan buku-buku pelajaran, ditambah informasi dari radio, TV, dan media cetak. Tetapi kenapa zaman sekarang, kualitas tenaga pendidik tidak maju dari guru zaman dulu? Apakah literatur yang didapatkan tidak cukup banyak? Apakah ada faktor lainnya?
Tiga penyebab terakhir yang penulis paparkan tersebut mudah-mudahan tidak dominan yang menyebabkan kualitas guru sekarang berkurang, tetapi ini lebih ke satu pertanyaan awal diatas yakni dikaitkan dengan kenyataan yang ada sesuai dengan perkembangan dunia Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK)
Zaman sekarang, tidak menjadi alasan bagi Guru untuk berkeluh kesah dengan kurangnya literatur atau buku panduan yang diperoleh, karena semuanya telah terjawab dengan menjamur website-website atau blog-blog di dunia maya yang berisikan segala informasi yang kita butuhkan sebagai pendidik.
Sangat disayangkan media internet ini tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasanya tidak zamannya lagi tenaga pendidik tidak mengerti menggunakan apa yang disebut internet apalagi penggunaan komputer. Sekaang zaman teknologi, yang mana semua orang tidak terkecuali harus membuka mata dan mengerti dengan perkembangan seperti saat sekarang.
Janganlah terkukung dalam pikiran bahwa dunia internet atau teknologi informasi hanya dikuasai oleh orang yang mempunyai latar pendidikan komputer. Dan jangan juga berpikiran bahwa "Saya ini sudah tua. Zaman saya tidak ada internet atau komputer" yang mengakibatkan pemikiran seperti ini yang membuat transfer ilmu terhambat.
Didunia maya saat ini banyak informasi yang disediakan bagi pendidik untuk mengembangkan wawasan. Lewat materi-materi itu, Guru bisa menerangkan materi yang disampaikan bisa lebih detail dan tidak ada yang meragukan untuk murid, dengan mengetikan kata kunci yang kita cari di mesin pencari situs. Semua alamat website yang ada dunia maya akan bermunculan, tinggal kita melakukan memilih alamat mana yang kita kunjungi, jika merasa kurang dengan satu alamat tersebut, kita bisa membuka alamat lain, sehingga apa yang dicari bisa kita dapatkan dengan membaca atau mendownload kemudian menyampaikan dengan gamblang kepada murid-murid
Apalagi anak murid khususnya tingkat pertama dan tingkat atas telah sangat mengerti dengan kegunaan dari internet,kemungkinan pertanyaan yang mereka ajukan dikelas dikarenakan membaca dari internet, sehingga kita sebagai pendidik dengan hukumnya wajib harus siap menjawab dengan benar tanpa ada keraguan, sehingga kapabilitas seorang guru tidak dipertanyakan oleh sang murid atau orang tua
Manfaat lain dari penggunaan internet bagi pendidik adalah memberikan bahan tambahan soal yang tidak ada dalam literature yang mereka miliki, dengan mendownload secara gratis apa yang dibutuhkan.
Dalam kasus pemberian tambahan soal ke murid selain dari buku panduan yang ada, penulis merasakan seharusnya ini yang dilakukan oleh guru terutama guru daerah. Melalui internet kita bisa mendapatkan kualitas soal yang tujuannya adalah membuktikan kemampuan anak murid dengan berbagai jenis tipe soal yang diberikan. Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru menerangkan materi yang telah diberikan dengan pemberian soal yang tidak ada sebelum nya dalam buku literature.
Begitu banyak manfaat positif yang dirasakan jika optimalisasi penggunaan internet ini ditingkatkan, baik oleh murid, guru, dan sekolah. Murid bakal tidak perlu lagi membeli buku-buku yang diwajibkan sekolah. Dan ini pasti berakibat penghematan dan keringanan bagi orang tua murid. Cukup dengan melihat atau mencari di internet semua informasi bisa didapatkan dan tidak lagi diperlukan tambahan kursus atau les bagi si anak.
Bagi guru dan sekolah juga bermanfaat untuk peningkatan mutu, sehingga tidak lagi terpaku pada buku-buku yang ada dimiliki. Ujian Nasional yang ditakuti bisa diperkecil karena bank soal yang dimiliki bisa diambil dari soal-soal dari sekolah daerah lain jadi alasan karena sekolah berada didaerah terpencil sulit mendapatkan contoh soal berkualitas telah terjawab dengan tersendirinya di internet. Dengan perbanyak bank soal, murid-murid telah terbiasa mengerjakan soal yang tingkat kesulitannya yang tinggi jadi tidak ada lagi kecanggungan menghadapi soal-soal sulit.
Indonesia bukan tertinggal dalam dunia pendidikan.Ini telah dibuktikan dengan banyaknya anak bangsa telah memenangi olimpiade pendidikan tingkat internasional. Semua itu tergantung dari tenaga pendidik bagaimana mengasah kemampuan anak murid dengan memberikan wawasan pengetahuan. ***
No comments:
Post a Comment